Ketika
kau merasakan lelah, izinkan pundakku menjadi tempat ternyamanmu untuk
bersandar, Kita saling bercengkerama
mesra, ngobrol haha hihi sembari mengusap keringat satu sama lain, ah
bahagianya.
Ketika
kau merasakan lapar, aku tlah menyiapkan masakan terbaikku untuk kau nikmati,
walau kemampuan masakku payah, masih sering gosong sana sini, katamu masakan
buatanku adalah yang terbaik di dunia, itu gombalmu, sekaligus menjadi
semangatku.
Ketika
kau merasakan sakit, biarkan aku yang jadi dokter di rumahmu, jadi ibu yang
mengkhawatirkanmu, jadi bayi yang menangis meratapimu, jadi istri yang selalu
berada di sampingmu. Suka dan duka kita bersama. Itu janji kita bukan?
Ketika kau
merasakan marah, maafkan aku yang sering berbuat salah, maafkan keegoisanku
yang membuatmu bermuram durja. Aku tidak ingin malaikat melaknatiku. Aku tidak
akan bisa memejamkan mata tuk tidur sebelum kau memaafkanku, sayang.
Ketika
kau bahagia, bagiku senyummu adalah harta karun terbesarku. Kau yang tlah
berani meminangku dengan baik-baik, maka sudah selaiknya pula tugasku membuatmu
terjaga dalam keadaan baik. Sebab ku bersyukur, diantara puluhan akhwat yang
mengantri padamu, aku lah yang kau pilih. Gadis biasa nan sedikit ilmu agama.
Ketika
kau sudah tak punya apa-apa lagi, jadikan diriku sebagai sebaik-baik
perhiasanmu. Aku kan selalu di sampingmu. Aku kan selalu bersamamu. Anak-anak
shalih kita kan menjadi mahkota cahaya di surga nanti. Sayang, aku tak akan
pernah mengeluh. Maka, kau masih menjadi lelaki terkaya di bumi ini karena
memiliki kami, anak-anak dan istrimu.
Ketika
kau.. tidak.. ketika kita tua nanti, Usia adalah titipan Tuhan, tidak perlu
menyalahkan takdir kehidupan. Kita mungkin akan sering bertengkar masalah
sepele, saling sibuk menyalahkan walau mungkin hanya karena lupa menaruh barang
dimana. Tapi ingatlah janjimu saat menikahiku, istri adalah selimut seorang
suami, dan suami adalah selimut bagi sang istri. Aku sudah tidak butuh hartamu,
aku tidak peduli banyak kerutan wajah di pipimu, yang kuinginkan hanya satu;
dekap diriku dengan sepenuh keimanan.
Ketika
salah satu diantara kita ada yang lebih dahulu menghadap Allah, tak perlu
bersedih hati, sayang. Maut sekali-kali tidak akan bisa memisahkan kita. Karena
katamu, cinta dua orang shalih di dunia adalah penguji kesabaran, maut adalah
perpisahan sementara, sebab tak ada yang lebih indah selain bertemu dan
berjumpa kembali di surgaNya. Suamiku, izinkan aku jadi niqob squadmu. Sehidup
sesurga kita, insyaAllah.
Sumber Tulisan : https://plus.google.com/communities/103652814515960775895
0 komentar:
Posting Komentar