
Disusun Oleh:
Khairul Umam
Prodi: Manajemen

Dosen Pengampu:
Siti Fatimah, M.Pd.
![]() | |||
![]() |
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrohmanirrohim
Hamba yang hina nan rendah memujimu ya Allah karena engkaulah yang enghak dipuji, segala kekuasaan hanya milikmu dan hanya kepadamu kami kembali. Salam sejatera semoga terlimpahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad Bin Abdullah, beliau adalah pembawa lentera rahmat bagi semua umat, penunjuk jalan kebenaran, penuntas jalan kejahilan menuju jalan keilmuan.
Hanya berkat taufiq, bingbingan Allah, saya dapat menyelsaikan karya ilmiah ini dengan keterbtasan yang saya miliki, namun dengan usaha yang maksimal al-hamdulillah, penyusunan ini saya dapat selesaikan dengan judul “ Sistem Pendidikan Dipondok Pesatren “ Miftahul Ulum”. karya ilmiah ini disusun dalam rangka memenuh tugas bahasa indonesia yangdiberikan oleh ibu dosen kepada saya.
Demikian yang bisa saya haturkan, dengan harapan semoga karya ilmiah ini bermanfaat terhadap orang banyak pada umumya dan khususnya kepada diri pribdi saya fiddun ya wal akhirah, amin.
Wallahhul muwafiq ila aqwami thariq.
Malang, 19 Nopember 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pondok pesantren suatu lembaga pendidikan yang masih eksis dengan ciri khasnya tersendiri. Banyak umat islam menganggap pondok pesantren sebagai modal budaya pendidikan yang memiliki keunggulan baik dari sisi internal, eksternal maupun spiritual umat islam.
Pondok pesantren merupaka suatu lembaga pendidikan indonesia yang berwujud untuk mendalami sebuah ilmu agama dan mengaplikasikannya sebagai pedoman hidup yang sejahtera. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga yang sudah diakui keberadaanya sebagai pendidikan non fornal, dengan sistem kependidikan yang berbasis pengajian kitab dengan kepemimpinan seorang kiyai. Pondok pesantren disebut lembaga pendidikan yangindependen dalam segala hal, karena pesantren lahir dari kalangan masyarakat.
Dulu dan sampai sekarang pondok pesantren memiliki peran aktif dalam menciptakan kaderisasi baik indonesia. Dari histroris indonesia, tidak sedikit putra-putri baik indnesia yang dihasilkan dari pondok pesantren dan membuktikanya sebagai pengabdian kepada agama, bangsa dan negara.
Pondok pesantren sebagai institusi pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia yang berlandasan pada nilai-nilai keagamaan. Karna fungsi pondok pesantren alakukan pembinaan keagamaan dan pengembangan sumber daya manusia. Maka dari itu diperluknnya pengawasan/pengontrolan dari pihak pengurus maupun dari pihak kyai dalam pendidikan dipondok pesantren. Sampai pada saat ini pondok pesantren “Miftahul Ulum” tetap eksis dalam karakteritis kependidikan yang berbasis pesantren.
Dari saya sendiri tertarik ingin malakukan kajian dengan judul “sistem pendidika dipondok pesantren miftahul ulum”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan dipondok pesantren “Miftahul Ulum”?
2. Bagaimanakah pedidikan karakter di Pondok Pesantren “Miftahul Ulum”?
3. Bagaimanakah hasil pendidikan di PondokPesantren “Miftahul Ulum”?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan di pondok pesantren “Mitahul Ulum”.
2. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan yang menghambat kependidikn dipondok peantren “Miftahul Ulum”.
3. Untuk mengetahui dampak yang dihasilkan dari kependidikan pondok pesantren “Miftahul Ulum”.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pendidikan Pondok Pesantren Miftahul Ulum
Pondok pesantren Miftahul Ulum adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang menampung para santri atau murid yang belajar di pondok pesantre. Awalnya santri-santri itu di istilahkan dengan ‘santri kalong’ (tampa menginap), namun karena keadaan santri semakin hari semakin bertambah maka timbul keinginan bagi pengasuh atau kyai untuk membuat asrama sekiranya mampu menampung keadaan santri-santri tersebut. Biasanya, asrama itu terdiri dari beberapa bilik-bilik kecil yang hanya memuat puluhan orang saja Jika merujuk pendapat Zamakhsyari Dhafir,
setidaknya ada tiga alasan mengaa pondok pesantren harus menyediakan asrama bagi para santri. Pertama, kemasyhuran seorang kiyai dan pedalaman pengetahuannya tentang islam, sehingga dapat menarik santri-santri dari jauh. mereka datang untuk menggali ilmu dari kiyai, maka para santri tersebut harus meninggalkan kampung halamannya dan menetap di dekat kediaman kiyai. Kedua, hampir seluruh pondok pesantren berada di desas-desa dimana disana tidak tersedia akomodasi yang cukup untuk menampung santri-santri yang hendak belajar di pesantren tersebut. Dengan demikian, perlulah adanya suatu asrama khusus bagi para santri untuk dibuat mukim. Ketiga, ada sikap timbal balik antara kiyai dan santri dimana para santri, menganggap kiyainya sebagai bapaknya sendiri, sedangkan pihak kiyai menganggap santrinya sebagai titipan dari tuhan yang harus dilindungi. Sehingga dari adanya sikap timbal balik ini, juga punya perasaan tanggung jawab dari pihak kiyai untuk menyediakan tempat tinggal untuk para santri. Begitu juga dengan pihak santri akan timbul perasaan pengabdian pada kiyainya[1].
2.1.1 Pendidikan pesantren kuno Miftahul Ulum
Dalam pondok pesantren ada tradisi kuno (salaf) diwariskan oleh terdahulu. Salah satunya adalah sistem pengajian kitab kuning (klasik) yang diajarkan kepada santri-santri dengan menggunakan beberapa metode. Metode pengajian itu adakalanya dengan sistem sorogan, yakni seorang santri membaaca kitab kuning di hadapan kiyai atau guru, sedangkan kiyai menyaksikan keabsahan bacaan santri, baik dari segi makna atau bahasa (nahwu & sorrof). Metode semacam ini biasanya dilakukan oleh beberapa pesantren salaf diantaranya pondok pesantren Miftahul Ulum Ganjaran Gondanglegi Malang.
Selain metode sorogan, yang sering dilakukan pondok pesantren Miftahul ulum adalah metode bandungan. Dalam metode ini seorang santri mendengarkan bacaan dan penjelasan dari kiyai atau guru, sambil memberi catatan makna pada kitabnya. Catatan makna inidikenal dengan makna utawi-iki-iku denga menggunakan pendekatan Nahwu dan Sorrof. Sistem ini juga digunakan beberapa pondok pesantren salaf diantaranya pondok pesantren sidogiri dll.
2.1.2 Pendidikan pesantren modern Miftahul Ulum
Pendidika pesantren modern, itu berbeda dengan sistem pendidikan pesantren kuno. Pesantren modern sering menggunakan metode pengajian jalsah (diskusi dengan cara kelompok). Metode ini biasanya dilaukan oleh beberapa santri dengan cara berkelompok diberbagai tempat. Baik dikelas, mushallah, ataupun di teras pondok. Kelompok ini dibina oleh pembimbing yang mengarahkan jalanya diskusi tersebut. Biasanya yang dibahas dalam diskusinya adalah masalah yang berkaitan dengan ubudiyah, muamalah, munakahah dan jinayah.
Selain metode jalsah, yang juga sering dilauka oleh pondok pesantren Miftahul Ulum adalah metode halaqoh (seminar). Metode halaqoh ini biasanya dilaukan oleh santri yang sudah senior, baik guru maupun murid yang sudah memiiki wawasan yang luas dan dalam. Dalam halaqoh ini yang dibahas suatu yang umum ataupun sesuatu yang musyqil atau tentan ikhtilaful ulama’. Seperti contoh yang umum mengeni kenegaraan menurut hukum islam.
Sebenarnya metode yang diterapkan dalam pondok pesantren Miftahul Ulum bukan hanya dua metode diatas melainkan banyak metode, cuman saya hanya mnyebutkan dua metode diatas, karna kedua metode ini yang paling lumrah diterpkan dipondok pesantren manapun khususnya dipondok pesntren Miftahul Ulum.
Jadi, melihat keadaan di atas, jelas bahwa pondok pesantren kuno maupun modern tetap sama-sama mengamalkan ajaran ulama’ terdahulu. Dan ini merupka sebuah cara bagi pondok pesantren Miftahul Ulum mempertahankan ajaran para ulama terdahulu, sehingga kejernihan agama islam tetap terjaga baik, sejak zaman Nabi hingga sampai sekarang.
Dan juga saya mengatakan bahwasanya pondok pesantren Miftahul Ulum eksis dengan dua metode diatas. Karena kedua metode ini juga diterapkan, dan juga kalau dilihat dari metodenya memiliki keunggulan yang cukup baik untuk mengembagkan potensi.
2.2 Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Miftahul Ulum
Sebelum larikan dalam pembahasan, saya akan menjelaskan sebenarnya dipondok pesantren beragam akan kajian yang diterpkan seperti penjelasan yang telah dijelaskan diatas, akan tetapi kalau kita teliti lagi semua pondok pesantren manapun tidak akan lepas dari pedidikan karakter. Maka dari itu saya akan menjelaskan pendidikan karakter karna ini juga merupakan pendidkan diPondok Pesantren khususnya Pondo Pesantren Miftahul ulum.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus diutamakan, karna karakter seseorang itu merupaka kunci dari segalanya. Saat topik kurikulum pendidikan berbasis karakter sedang hangat-hangatnya dibahas, banyak kalangan mengungkapkan pesantren adalah contoh yang bagus bagaimana kurikulum pendidikan karakter itu diterapkan. Hal itu tidak mengherankan karena memang pesantren memang merupakan lembaga pendidikan yang sangat erat dengan penanaman akhlak karimah. Bukan hanya dalam kajiannya, tetapi juga dalam praktik kehidupan sehari-hari. Selaras dengan ini, Ghazali (2002:33) berpendapat bahwa wujud,”sistem pendidikan terpadu pondok pesantren terletak pada tiga komponen, yaitu: Belajar, Pembinaan, dan Praktek”.
Bahkan bisa dikatakan bahwa pendidikan karakter di pesantren lebih ditekankan ke arah karakter praktis bukan kajian formil, akhlak karimah tidak hanya dilihat sebagai suatu ilmu, melainkan sebagai filosofi menjalani hidup yang termanifestasikan dalam gerak tubuh kehidupan sehari-hari.
Di pesantren, pendidikan karakter dapat dibagi menjadi dua: akhlak dan tasawuf. Meski secara definisi bahasa kedua kata itu akan mengarah pada pemahaman makna yang sama, yakni karakter dan etika seseorang kepada diri sendiri dan pihak lain (baik Tuhan atau sesama manusia), namun secara pendidikannya, kedua kata itu dibedakan tergantung objeknya. Akhlak adalah etika kepada orang lain dan tasawuf adalah etika manusia kepada diri sendiri dan kepada Tuhannya.
Akhlak dimulai dengan pengetahuan tentang aturan benar-salah, halal-haram, hukum semua tindakan manusia dalam syariat. Ilmu ini dikenal dengan fikih. Sebelum menghormati dan beretika kepada orang lain, seseorang harus tahu terlebih dahulu apa yang boleh dan yang tidak, apa yang harus dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan. Tidak mungkin seseorang akan melakukan respon, baik respon positif atau negatif jika dia tidak tahu yang dilakukan orang lain adalah benar atau salah. Kemudian akhlak sebagai pengetahuan, berisikan aturan-aturan etika kepada diri sendiri dan orang lain, tata cara menghormati, serta karakter yang bersifat spirit, seperti ikhlas, rendah hati, kasih sayang, semangat yang tinggi, kedisiplinan, dan rela berkorban demi orang lain. Dan akhirnya akhlak sebagai perilaku praktis (amal) karena memang inilah esensi dari ilmu akhlak itu sendiri.
Sedangkan tasawuf selain juga dimulai dengan fikih (aturan tentang halal-haram bagi dirinya), juga ditopang oleh pengetahuan tentang keyakinan dan kebenaran. Keyakinan tentang adanya Yang Maha Kuasa dengan segala kemahasuciannya, tentang para utusan-Nya, tentang para malaikat, makhluk lain, dan juga segala hal tentang akhirat, termasuk di dalamnya surga bagi yang baik dan neraka bagi yang buruk. Dilanjutkan dengan pengetahuan tentang puncak tujuan diciptakannya manusia, yakni kembali kepada Tuhannya serta cara-cara untuk kembali, seperti menyucikan hati dari sifat-sifat tercela, menghias hati dengan karakter terpuji, dan upaya mujahadah dan taqarrub dengan amal-amal sunah.
Kemudian itu semua dibungkus dengan epistemologi khas pesantren (baca: Islam), seperti keyakinan bahwa ilmu itu adalah pemberian Tuhan, bukan dari belajar. Dengan ini dapat dipahami tentang pentingnya doa, menjaga kesucian saat belajar, menjauhi kenikmatan duniawi atau yang dikenal dengan tirakat, dan menghormati guru, ilmu, dan media ilmu.
Selain itu satu hal sangat penting di dalam pendidikan berbasis akhlak-tasawuf adalah pengajaran mengenai tujuan utama dari hidup yang diajarkan sejak dini, yakni ketauhidan yang terpancarkan dalam keyakinan dan perilaku hingga akhir hayat (al-Baqarah: 133-132). Bila dalam pendidikan karakter dijelaskan bahwa dimensi yang harus disentuh oleh pendidikan ada tiga: kognitif, afektif, dan psikomotorik, maka dalam pendidikan berbasis akhlak-tasawuf ditambah satu lagi, yaitu dimensi filosofi hidup. Dalam pendidikan berbasis akhlak-tasawuf tidak hanya diajarkan keharusan menjadi pintar, kaya bakat, dan berbuat baik kepada semua orang, tetapi semua itu haruslah senantiasa dilakukan atas dasar tujuan utama, yakni menjadi hamba Allah swt yang baik. Sehingga diharapkan semua tindak-tanduk kehidupan seorang muslim–apapun bentuknya - akan mengerucut pada satu titik, mencari ridha Allah swt.
Belum lagi bila dilihat dari unsur pendidikannya. Pendidikan karakter di pesantren tidak hanya diupayakan dari pengajaran di kelas, tapi ada banyak langkah yang ditempuh agar suatu kebaikan dapat menjadi karakter bagi peserta didik, seperti (sosok figur kiai dan ustad sebagai uswah) dan penghayatan (memaknai suatu kebaikan).
Dengan melihat hal-hal di atas, tidak mengherankan bila topik pendidikan karakter banyak dikaitkan dengan pendidikan di pesantren, karena memang pesantren sejak berabad lamanya telah memiliki pendidikan karakter yang khas dan komplit dan–tentu saja–bernafaskan ruh islam Luar biasa.
Lalu kenapa pendidikan karakter di pesantren tidak lantas dijadikan rujukan? Bukankah seharusnya yang terjadi adalah lembaga-lembaga luar berbondong-bondong melakukan studi banding ke pesantren? Jawabannya adalah karena tidak adanya–atau kalau ada sangatlah sedikit–pesantren yang merumuskan pendidikan berbasis akhlak-tasawuf secara terperinci, yakni rumusan yang bisa diterapkan di banyak lembaga lain. Rumusan itu berisikan poin-poin inti dari langkah dan metode dalam menerapkan pendidikan berbasis akhlak-tasawuf (pendidikan karakter ala pesantren).
Tentang hal ini Gus Dur pernah mengingatkan dalam salah satu bukunya Islam Kosmopolitan; Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan bahwa pendekatan paling tepat untuk memahami pesantren adalah pendekatan naratif, yakni pesantren itu sendiri yang menjelaskan tentang dirinya sebelum pihak lain yang mencoba memahami dengan cara mereka. Pihak luar kesulitan untuk menemukan rumusan yang pas ketika mereka hendak mengadopsi pendidikan karakter dari pesantren. Untuk itu dibutuhkan gerak aktif dari pesantren sendiri dalam merumuskannya yang nantinya dapat dipahami, diserap, dan menjadi inspirasi bagi pihak-pihak lain dalam mengembangkan pendidikan karakter. Bila hal itu terjadi, tentu satu poin dakwah pesantren akan didapat tanpa perlu membuang banyak tenaga mengiklankannya.
2.3 Hasil Pendidikan Pondok Pesantren Miftahul Ulum
Perlu kita ketahui bahwasanya visi dan misi semua pendidikan pondok pesantren dalam persepktif pendidikan islam adalah: Pertama, menekankan pada prinsip asasul khomsah atau panca jiwa, yakni keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukuwah islamiyah dan kebebasan. Kedua, pola relasi kiai dengan santri tidak sekedar bersifat fisikal, tetapi juga bersifat batiniyah. Ketiga, pendidikan pondok pesantren selain diarahkan pada transmisi ilmu ilmu keislaman, pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi ulama’, juga dimaksudkan menjadi alternatif bagi umat islam.
Jadi apa yang menjadi visi dan misi semua pondok pesantren juga merupakan visi dan misi dari Pondok Pesantren Miftahul Ulum, yakni membentuk umat islam yang baik dan membawa islam lebih baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pondok pesantreen adalah tempat dimana santri menuntuk ilmu agama, dan pondok pesantren merupakan tempat yang paling tepat. Dengan metode pendidikanya mejadikan santri memiliki kualitas yang baik. baik dari keilmuan, akhlaq, aqidah, tasawwuf dan lain-lain.
Pondok pesantren Miftahul Ulum adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang menampung para santri atau murid yang belajar di pondok pesantre. Dalam pondok pesantren ada tradisi kuno (salaf) diwariskan oleh terdahulu. Salah satunya adalah sistem pengajian kitab kuning (klasik) yang diajarkan kepada santri-santri dengan menggunakan beberapa metode.
Pendidikan pesantren modern, itu berbeda dengan sistem pendidikan pesantren kuno. Pesantren modern sering menggunakan metode pengajian jalsah (diskusi dengan cara kelompok).
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus diutamakan, karna karakter seseorang itu merupaka kunci dari segalanya. sistem pendidikan terpadu pondok pesantren terletak pada tiga komponen, yaitu: Belajar, Pembinaan, dan Praktek.
3.2 SARAN & PESAN
Dalam karyah ilmiah ini, saya ingin mengatakan bahwasanya menjadi seoang santri haruslah memiliki komimen yang tinggi, jangan pernah berkecil hati dikarnakan setatus kita sebagai santri. Tapi jadilah santri yang mampu memberikan yang terbaik yang sesuai dengan akan tujuan islam itu sendiri. Percayadirilah bahwasanya menjadi santri bukan berarti kita tidak sanggup akan ilmu yang lain, melainkan kita sebagai santri agar mencapaikan tujuan dari agama islam itu sendiri.
Dan saya ingin mengatakan bahwasanya santri merupakan aset yang paling beharga yang harus kita jaga, karna santri merupakan tombak dari kemurnin ajaran agama islam, khususnya di indonesia.
DAFTAR PUSTKA
(al-Baqarah : 133 dan 132)
Biyadi Ahmad. Pesantren dan Pendidikan Berbasis Akhlak-Tasawuf
Ghazali (2002:33)
Gus Dur Islam Kosmopolitan; Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi
Kebudayaan
http://duniabaca.com/pendidikan-pondok-pesantren-dalam-perspektif-
pendidikan-islam.htlm
Zakamhsyari Dhafir, Tradisi Tradisi Pesantren, cet. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar