Senin, 03 Juli 2017

Pemuda Hebat Itu, yang Siap Memimpin dan Dipimpin

Tak ubahnya seperti dengan bercocok tanam. Seorang petani akan memanen tanamanya manakala yang ditanam itu berbuah, dan menyesalnya manakala yang ditanamnya tidak bisa memberinya apa-apa. Begitupun dengan masa kanak-kanak.
Masa kanak-kanak adalah masa penanaman. Keberhasilan proses dari penanaman karakter itu akan terasa apabila ia telah tumbuh dewasa, yaitu mampu menangkap hal baik dan siap melaksanakannya.
Dalam konsep agama, Islam hanya mengenal dua tenggang waktu pada manusia, yakni masa anak-anak dan dewasa. Kedua masa ini dipisahkan dengan aqil-baligh, yang ciri-cirinya bisa diketahui dengan pendekatan ilmu fikih. Pada masa awal baligh inilah, istilah remaja menjadi populer.
Masa anak-anak adalah masa penanaman. Keberhasilan proses penanaman pada anak akan ditandai dengan kondisi mumayyiz, yaitu mampu menangkap hal baik dan siap melaksanakannya. Amalan anak mumayyiz dinyatakan sah menurut fikih dan pahalanya Allah berikan kepada pendidiknya.
Bila penanaman pada masa anak berhasil, maka anak akan tumbuh sebagai remaja dewasa yang melaksanakan pengabdian dengan total dan kehati-hatian. Bila tidak berhasil, tugas penanaman harus terus dilanjutkan, walau usia anak telah mencapai remaja bahkan dewasa. Karena pohon dengan akar yang buruk akan menghasilkan buah yang buruk, bahkan mengancam eksistensi pohon itu sendiri.
Banyak orang tua rela mengeluarkan banyak uang untuk pendidikan anaknya agar tumbuh menjadi anak yang berkualitas dan berkarakter baik. Di sekolahnya mereka diajarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan organisasi. Ketiga ilmu ini penting, karena sejatinya manusia diciptakan untuk menjadi khalifah Allah yang memakmurkan bumi-Nya.
Memimpin tidak sama halnya dengan supir angkot, yang mengantarkan penumpangnya menuju satu tujuan, setelah itu ia meninggalkannya. Juga tidak sama seperti bos yang selalu menyuruh-nyuruh bawahannya. Pemimpin harus seperti layaknya imam salat. Ia tidak hanya memberikan segesti kepada makmumnya, tetapi harus melakukan perbuatan (amal) dengan sempurna terlebih dahulu, sebelum perbuatan itu dilakukan oleh makmumnya.
Hanya ada satu hal yang dapat membuat seseorang menjadi pemimpin sejati, yaitu sikap siap memimpin dan siap dipimpin, dan Sikap ini telah diaplikasikan oleh manusia pilihan, yang menjadi suri tauladan yang bagi setiap manusia. Dialah Baginda Rasulullah saw, pemimpin terbaik yang telah sukses mengemban risalah berat dari Allah. Beliau berhasil mempersatukan bangsa Arab dalam ketauhidan di bawah naungan Islam dengan bermodal satu sikap, siap memimpin dan dipimpin, hingga Arab pun tampil menjadi penguasa peradaban.
Namun, modal siap memimpin dan dipimpin tidaklah mudah. Terkenal dalam sejarah, ada satu makhluk dari golongan jin yang telah melakukan pengabdian kepada Allah sejak ribuan tahun sebelum Adam diciptakan. Tapi, tiba-tiba membangkang oleh karena satu hal saja, hanya ingin memimpin namun tidak siap dipimpin.
Dialah Iblis yang dengan penuh kesombongan menolak perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam. Satu yang membuat dirinya enggan untuk memenuhi perintah Allah tersebut, “iblis tidak siap dipimpin”, karena merasa dirinya lebih mulia dari pada Nabi Adam. Sikap Iblis pun ditegur dan disalahkan Allah. Hingga Iblis dikutuk dan diharamkan ia kembali ketempat dimana dahulu ia pernah hidup disana.
Jerakah iblis ketika dia mendapatkan hukuman tersebut? Tidak! Justeru perbuatannya semakin menjadi-jadi. Bahkan ia meminta izin kepada Allah supaya usianya ditangguhkan, karena ia bertekad mengganggu dan menggoda manusia. Sejak saat itu, Iblis mendedikasikan diri dan waktunya dalam kedurhakaan dan menyesatkan.
Telah nyata permusuhan Iblis kepada manusia. Seumur hidupnya umat manusia tidak akan pernah aman dari gangguannya. Maka, siapkanlah berbagai macam daya upaya untuk menghalaunya, agar kita bisa menapaki jalan kembali ke kampung halaman kita yaitu surga-Nya. Aamiin yaa Allah yaa Rabbal ‘aalamiin. 


Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar