
Saudaraku dimanapun kalian berada. Istri/suami dan
anak-anak kita adalah orang yang mengharapkan kehadiran kita disisinya. Mereka
menginginkan perhatian, kasih sayang, belaian serta pelukan kasih sayang dari
kita. Mereka bukan hanya membutuhkan harta benda yang kita miliki. Hati
mereka tidak terbuat dari sebongkah batu yang tidak memiliki perasaan rindu,
sedih, dan bahagia. Hati mereka terbuat dari segumpal darah. Mereka sama
seperti manusia lainnya, yang sama-sama memiliki keinginan untuk disayangi,
dicintai, diperhatikan, dirindui, dibelai, dipeluk dan dicium. Kita harus adil,
beraktifitas untuk kepentingan di dunia dan juga untuk kepentingan di akhirat.
Saudaraku, diceritakan dalam sebuah riwayat bahwa ada
seorang wanita yang mengadu kepada Nabi Muhammad saw tentang perilaku suaminya
yang tidak meluangkan waktu untuk istrinya. Ia mengatakan bahwa di siang hari
suaminya menjalani puasa dan malamnya dihabiskan untuk bermunajat kepada Allah
SWT. Lalu, Rasulullah saw memanggil suami perempuan itu dan menanyakan
kebenaran berita yang diterimanya. Laki-laki itu menjawab, “Benar, ya
Rasulullah.” Kemudian Nabi saw berkata, ”Kembalilah kepada istrimu, karena ia
memliki hak atas dirimu.”
Riwayat diatas telah memberikan isyarat kepada kita
bahwa tak seharusnya hidup di dunia ini dihabiskan hanya untuk kepentingan diri
sendiri. Kita harus memformat waktu kita untuk dunia dan akhirat. Karena pada
hakikatnya semua itu adalah ibadah juga. Allah SWT telah menyebutkan
dalam al-Quran bahwa:
“Tidaklah Allah SWT menciptakan jin dan manusia kecuali
untuk beribadah kepada Allah SWT.” (QS. adz-Dzariyaat [51]: 56)
Banyak kegiatan yang sepintas sepertinya hanya kegiatan
duniawi, tetapi jika diniatkan ibadah, tentu akan berpahala. Oleh karena itu,
isilah setiap waktu kita untuk beribadah dengan tidak melupakan kahidupan di
dunia. Ketika seorang suami bekerja mencari rezeki, niatkanlah sebagai ibadah.
Yaitu untuk memberi nafkah kepada keluarga seperti yang telah diperintahkan
agama. Ketika seorang ibu memasak, niatkanlah ibadah, yaitu berbakti dan
berbuat baik kepada suami dan keluarga seperti yang telah diajarkan Islam.
Tidak sedikit keluarga yang secara duniawi tak
kekurangan namun mengabaikan pendidikan, bimbingan dan perhatian kepada
keluarga sehingga anaknya merasa dikucilkan. Walaupun ada di rumah, tapi jarang
bertemu dengan orangtuanya, sehingga mereka mencari kehidupan di luar yang jauh
dari nilai-nilai kebaikan.
Yakinlah anak-anak kita bukan hanya membutuhkan bekal
duniawi saja, namun ada yang paling penting yaitu belaian kasih sayang orang
tuanya. Bisa jadi duniawi masih kekurangan, akan tetapi perhatian dan cinta
kasih sayang tercurahkan untuk mereka, maka akan tercipta sebuah hubungan penuh
harmoni dan kasih sayang. Anak-anak kemudian akan termotivasi untuk bisa
belajar lebih sungguh-sungguh dan memiliki kekayaan tak ternilai dari
orangtuanya.
Perhatian penuh cinta bisa diapresiasikan dengan
berbagai macam cara. Contohnya mengajak anak-anak berkunjung ke kakek dan
neneknya sebagai usaha kita agar mereka mencintai orangtuanya. Menyadarkan
anak-anak bahwa dibalik segala keberhasilan, ada orang-orang yang berdiri di
belakang kita. Sebagai manusia yang berbakti, maka harus jadi orang yang pandai
berterima kasih. Ingatlah mendidik anak-anak yang paling baik adalah dengan
sikap dan perilaku kita, dengan sendirinya mereka akan meniru apa yang kita
lakukan.
Kemudian bisa juga mengajak mereka berlibur ke tempat
yang menakjubkan supaya mereka bisa mengambil ibarat tentang keindahan ciptaan
Allah SWT. Ini akan membuat anak-anak merasa hidupnya tidak sendiri, tapi ada
alam yang senantiasa mendampinginya. Dalam benaknya timbul keinginan untuk
memelihara alam dengan baik, bukan malah merusaknya.
Kata kunci dari apa yang kita baca hari ini adalah
format waktu dan perhatian kita untuk anak-anak yang kehidupannya masih alami
dan penuh kelabilan, sehingga kefitrahan mereka kita isi dengan curahan cinta
dan kasih sayang. Semoga Allah SWT menganugrahkan kepada kita anak-anak yang
saleh, pecinta Allah SWT sebagai Tuhannya dan menyayangi orang tuanya
sebagaimana kita menyayangi mereka. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar