Minggu, 02 Juli 2017

Perhatian Sepenuh Hati adalah Kekayaan Tak Ternilai Harganya

Saudaraku sekalian, mari berharap semoga kita semua termasuk orang-orang yang dianugrahi kebahagiaan dan keluarga yang harmonis dalam hidup ini. Jika kita berprofesi sebagai orang yang sangat sibuk dengan pekerjaan, sudahkah kita membagi waktu untuk keluarga? Untuk istri/suami? Untuk anak-anak? Dan untuk bekal menuju akhirat kelak? 
Saudaraku dimanapun kalian berada. Istri/suami dan anak-anak kita adalah orang yang mengharapkan kehadiran kita disisinya. Mereka menginginkan perhatian, kasih sayang, belaian serta pelukan kasih sayang dari kita. Mereka bukan hanya  membutuhkan harta benda yang kita miliki. Hati mereka tidak terbuat dari sebongkah batu yang tidak memiliki perasaan rindu, sedih, dan bahagia. Hati mereka terbuat dari segumpal darah. Mereka sama seperti manusia lainnya, yang sama-sama memiliki keinginan untuk disayangi, dicintai, diperhatikan, dirindui, dibelai, dipeluk dan dicium. Kita harus adil, beraktifitas untuk kepentingan di dunia dan juga untuk kepentingan di akhirat.
Saudaraku, diceritakan dalam sebuah riwayat bahwa ada seorang wanita yang mengadu kepada Nabi Muhammad saw tentang perilaku suaminya yang tidak meluangkan waktu untuk istrinya. Ia mengatakan bahwa di siang hari suaminya menjalani puasa dan malamnya dihabiskan untuk bermunajat kepada Allah SWT. Lalu, Rasulullah saw memanggil suami perempuan itu dan menanyakan kebenaran berita yang diterimanya. Laki-laki itu menjawab, “Benar, ya Rasulullah.” Kemudian Nabi saw berkata, ”Kembalilah kepada istrimu, karena ia memliki hak atas dirimu.”
Riwayat diatas telah memberikan isyarat kepada kita bahwa tak seharusnya hidup di dunia ini dihabiskan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Kita harus memformat waktu kita untuk dunia dan akhirat. Karena pada hakikatnya semua itu adalah ibadah juga.  Allah SWT telah menyebutkan dalam al-Quran bahwa:
“Tidaklah Allah SWT menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah SWT.” (QS. adz-Dzariyaat [51]: 56)
Banyak kegiatan yang sepintas sepertinya hanya kegiatan duniawi, tetapi jika diniatkan ibadah, tentu akan berpahala. Oleh karena itu, isilah setiap waktu kita untuk beribadah dengan tidak melupakan kahidupan di dunia. Ketika seorang suami bekerja mencari rezeki, niatkanlah sebagai ibadah. Yaitu untuk memberi nafkah kepada keluarga seperti yang telah diperintahkan agama. Ketika seorang ibu memasak, niatkanlah ibadah, yaitu berbakti dan berbuat baik kepada suami dan keluarga seperti yang telah diajarkan Islam.
Tidak sedikit keluarga yang secara duniawi tak kekurangan namun mengabaikan pendidikan, bimbingan dan perhatian kepada keluarga sehingga anaknya merasa dikucilkan. Walaupun ada di rumah, tapi jarang bertemu dengan orangtuanya, sehingga mereka mencari kehidupan di luar yang jauh dari nilai-nilai kebaikan. 
Yakinlah anak-anak kita bukan hanya membutuhkan bekal duniawi saja, namun ada yang paling penting yaitu belaian kasih sayang orang tuanya. Bisa jadi duniawi masih kekurangan, akan tetapi perhatian dan cinta kasih sayang tercurahkan untuk mereka, maka akan tercipta sebuah hubungan penuh harmoni dan kasih sayang. Anak-anak kemudian akan termotivasi untuk bisa belajar lebih sungguh-sungguh dan memiliki kekayaan tak ternilai dari orangtuanya.
Perhatian penuh cinta bisa diapresiasikan dengan berbagai macam cara. Contohnya mengajak anak-anak berkunjung ke kakek dan neneknya sebagai usaha kita agar mereka mencintai orangtuanya. Menyadarkan anak-anak bahwa dibalik segala keberhasilan, ada orang-orang yang berdiri di belakang kita. Sebagai manusia yang berbakti, maka harus jadi orang yang pandai berterima kasih. Ingatlah mendidik anak-anak yang paling baik adalah dengan sikap dan perilaku kita, dengan sendirinya mereka akan meniru apa yang kita lakukan.
Kemudian bisa juga mengajak mereka berlibur ke tempat yang menakjubkan supaya mereka bisa mengambil ibarat tentang keindahan ciptaan Allah SWT. Ini akan membuat anak-anak merasa hidupnya tidak sendiri, tapi ada alam yang senantiasa mendampinginya. Dalam benaknya timbul keinginan untuk memelihara alam dengan baik, bukan malah merusaknya.
Kata kunci dari apa yang kita baca hari ini adalah format waktu dan perhatian kita untuk anak-anak yang kehidupannya masih alami dan penuh kelabilan, sehingga kefitrahan mereka kita isi dengan curahan cinta dan kasih sayang. Semoga Allah SWT menganugrahkan kepada kita anak-anak yang saleh, pecinta Allah SWT sebagai Tuhannya dan menyayangi orang tuanya sebagaimana kita menyayangi mereka. Aamiin.


Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar